Business Model Canvas (BMC)


   BUSINESS MODEL CANVAS
 Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana sebuah bisnis diciptakan, diberikan, dan ditangkap nilainya (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal 14). Osterwalder & Pigneur membuat sebuah pendekatan model kanvas yaitu “Nine Building Blocks” yang memudahkan bagi para pebisnis untuk membangun dan mengembangkan bisnis mereka. Nine Building Blocks terdiri dari : Value Proportitions, Customer Segments, Customer Relationship, Channels, Key Resources, Key Activity, Key Partnership, Cost Structure, dan Revenue Stream.

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 138-139), ide inovasi dalam bisnis model dapat datang dari mana saja. Osterwalder & Pigneur membedakan inovasi model bisnis menjadi lima bagian yaitu : Resource- driven, Offer-driven, Customer-driven, Finance-driven, dan Multiple- epicenter. Resource-driven adalah inovasi yang berasal dari infrastruktur yang ada dalam sebuah organisasi atau memperluas dalam kemitraan atau

 mengubah sebuah model bisnis. Offer-driven adalah inovasi yang dibuat menciptakan nilai proporsi yang baru yang dapat memberikan dampak kepada building blocks bisnis model yang lain. Customer-driven adalah inovasi yang didasarkan pada kebutuhan pelanggan, memfasilitasi akses, atau meningkatkan kenyamanan. Finance-driven adalah inovasi yang memberikan aliran penghasilan yang baru, mekanisme penetapan harga, atau mengurangi strukur biaya yang dapat mempengaruhi pada building blocks lainnya. Multiple-epicenter adalah inovasi yang didorong oleh banyak faktor yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap beberapa building blocks lainnya.


Jika dilihat pada bisnis yang akan kami buat, maka transformasi bisnis model yang digunakan adalah offer-driven yaitu menciptakan nilai proporsi yang baru dan akan mempengaruhi building blocks yang lainnya. Berikut ini akan dijabarkan penjelasan mengenai nine building blocks yang diterapkan pada bisnis model restoran kami.



Template Business Model Canvas
Sumber : Business Model Generation, 2010, hal 44


2.1.1       Customer Segments

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 20), pelanggan merupakan kunci utama dalam mendapatkan keuntungan, tanpa pelanggan maka sebuah perusahaan tidak dapat bertahan lama dalam bisnis yang mereka bangun. Berdasarkan teori dari (Ostewalder & Pigneur , 2010, hal 20-21), mereka membagi dua segmen pasar berdasarkan kebutuhan, perilaku konsumen yaitu segmen kelas menengah atas dan segmen kelas menengah bawah. Ada beberapa tipe dari customer segment yaitu :
1.  Mass market, bisnis model yang tidak membedakan segmen pelanggan. Mass market fokus pada penentuan segmentasi pasar, nilai proposisi, kerja sama, dan juga saluran distribusi.
2.  Niche market, bisnis model yang memiliki target pasar yang hanya melayani segmen pelanggan tertentu atau lebih spesifik.
3.  Segmented, bisnis model yang membedakan kebutuhan dan masalah yang berbeda pada pelanggan.
4.  Diversified, bisnis model yang melayani dua atau lebih dengan kebutuhan yang berbeda dan saling bergantung satu sama lain.


2.1.2       Value Propositions


Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 22), proporsisi nilai menggambarkan bagaimana pelanggan dapat beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain melalui produk atau layanan yang ditawarkan oleh


perusahaan berbeda dengan para kompetitiornya. Hal – hal yang dapat memberikan kontribusi untuk menipatakan nilai proporsisi menurut (ostewalder & Pigneur, 2010, hal 23-25) antara lain adalah :
1.  Newness, sebuah produk baru yang diciptakan yang belum pernah ada sebelumnya dan memiliki keunikan.
2.  Performance, bagaimana meningkatkan kinerja suatu produk atau layanan yang ditawarkan.
3.  Customization, bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggannya agar mendapat nilai lebih.
4.  Getting the Job Done, bagaimana produk atau jasa berfungsi membantu pelanggan untuk menyelesaikan perkerjaannya.
5.  Design, dengan memiliki desai yang menarik maka suatu  produk akan memiliki nilai proporsisi yang baik. Tatepai sebuah desain sangan sulit untuk diukur karena setiap masing – masing individu memiliki pendapat yang berebeda – beda.
6.  Brand/Status, pelanggang dapat menemukan nilai suatu produk dari merek yang telah dikenal oleh masyarakat luas.
7.  Price, bagaimana harga dapat ditentukan oleh pesaing nya dan menjadi dasar dalam menentukan harga produk barang yang ditawarkan. Dalam hal ini, pelanggan dapat menjadi sensitive terhadap harga.
8.  Cost Reduction, bagaimana sebuah nilai didapat dari biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan dalam membeli produk atau jasa dapat dikurangi.
9.  Risk Reduction, resiko yang ditimbulakan oleh produk yang ditawarkan kepada pelanggan sangat kecil. Dengan kata lain produk yang ditawarkan memiliki garansi jika terjadi kerusakan.10. Accessibility, produk yang ditawarkan dapat dengan muda digunakan atau dapat diakses oleh semua orang.
11. Convenient / Usability, bagamina sebuah produk dapat memenuhi keinganan atau kebutuhan bagi pelanggannya dan pelanggan tersebut merasa nyaman akan kehadiran produk tersebut.


2.1.3       Channels

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 26), Channel menggambarkan bagaiman sebuah perusahaan dapat menjalin komunikasi dengan pelanggannya dalam menyampaikan nilai proporsisi nya. Ada beberapa fungsi dari channel antara lain :
1.  Meningkatkan kesadaran kepada pelanggan atas produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
2.  Membantu pelanggan dalam mengevaluasi proposisi nilai dari perusahaan.
3.  Memungkinkan bagi pelanggan dalam membeli produk atau jasa yang lebih spesifik.
4.  Memberikan proposisi nilai perusahaan kepada pelanggan.
 5.  Memberikan layanan pendukung pasca pembelian kepada pelanggan.

2.1.4       Customer Relationship

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 28), hubungan dengan pelanggan dibangun sesuai dengan customer segment, dikarenakan setiap setiap segmentasi memiliki yang berbeda. Dalam menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : Customer Acquisition, Customer Retention, dan Upselling. Osterwalder & Pigneur (2010), membagi Customer Relationship menjadi 6 bagian yaitu :
1.  Personal Assistant, komunikasi yang terjadi antara pelanggan dengan petugas pelayananan pelanggan agar pelanggan mendapatkan bantuan selama proses penjualan atau setelah pembelian selesai.
2.  Dedicated Personal Assistance, yaitu dengan menugaskan seseorang yang khusus dalam melayani pelanggan secara individual.
3.  Self Service, yaitu pelanggan tidak berhubungan langsung dengan perusahaan tetapi perusahaan menyediakan sarana yang diperlukan oleh pelanggan dalam membantu dirinya sendiri.
4.  Automated Service, yaitu hubungan yang menggabungkan proses layanan mandiri dengan layanan otomatis.
5.  Communities, yaitu perusahaan membangun hubungan antar sesame anggota dengan membentuk sebuah komunitas untuk saling bertukar pikiran dalam mengetahui keinginan dari para pelanngannya.
6.  Co-creation, membangun sebuah hubungan dengan konsumen untuk menciptakan sebuah nilai proporsisi yang baru.


2.1.5       Revenue Streams

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 30), arus pendapatan menampilkan keadaan dari keuangan perusahaan yang diperoleh dari uang tunai dari setiap segmen konsumen. Sebuah bisnis model dapat melibatkan dua tipe revenue streams yang berbeda, antara lain :
1.  Transaction Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari sekali pembayaran dari pelanggan.
2.  Recurring Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari pembayaran yang masih berkelanjutan untuk memberikan value proposition kepada pelanggan dan menyediakan layanan customer support kepala pelanggan setelah pembelian. Dalam menghasilkan pendapatan ada beberapa cara yang dapat dilakukan menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal 31-32) yaitu :
1.       Asset Sale, yaitu perusahaan menjual asetnya untuk mendapatkan pendapatan.
2.       Usage Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari berapa banyak pelanggan yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Semakin banyak dan lama produk tersebut digunakan, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan.
3.       Subcription Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari menjual service secara terus menerus.
4.       Lending / Renting / Leasing, yaitu pendapatan yang didapat dengan cara memberikan kepada seseorang hak eksklusif untuk menggunakan asset tersebut dalam periode tertentu dan selama penyewaan tersebut, dikenakan biaya sewa yang harus dibayarkan kepada pemilik asset.
5.       Licensing, yaitu pendapatan yang didapat dari pemberian hak intelektual dari perusahaan agar orang yang membeli lisensi tersebut dapat memakai perusahaan mereka dalam membuka usaha yang sama.
6.       Brokerages Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari layanan perarntara yang besar biaya diperoleh dari besarnya persentase yang telah disepakati sebelumnya antara penjual dan pembeli.
7.       Advertising, yaitu pendapatan yang diperoleh dari mengiklankan suatu produk, merek, ataupun jasa.

2.1.6       Key Resources

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 34), key resources merupakan asset yang sangat penting yang diperlukan untuk membuat bisnis dapat berjalan. Setiap model bisnis membutuhkan sumber daya. Sumber daya utama dikategorikan menjadi empat bagian yaitu :
1.  Physics, yaitu meliputi gedung, mesin, tanah, kendaraan.
2.  Intellectual, yaitu meliputi hak intelektual, hak paten, merek.
3.  Human, yatu sumber daya manusia yang merupakan bgian penting dalam sebuah perushaan, pada industry kreatif dan padat karya sumber daya utamanya adalah manusia itu sendiri, maka perusahaan berusaha menciptakan suasana yang kondusif diperusahaan tersebut untuk mempertahankan sumber daya manusianya.
4.  Financial, yaitu keuangan yang mencerminkan kinerja dari sebuah perusahaan atau perputaran uang yang terjadi dalam perusahaan tersebut. Tanpa adanya dukungan modal yang kuat, maka bisnis tidak akan berjalan dengan baik.

2.1.7       Key Activities

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 36), key activities menggambarkan aktifitas penting yang dilakukan oleh perusahaan agar bisnis yang dilakukan dapat bekerja dengan baik. Key Activities dapat dikategorikan menjadi tiga bagian menurut (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal 37) yaitu :
1.  Production, aktifitas yang berhubungan dengan perancangan, pembuatan, dan pengiriman produk.
2.  Pemecahan masalah, aktifitas yang berhubungan dengan masalah yang timbul dari produk tersebut. Perusahaan harus mengatasi masalah yang timbul tidak hanya pada prduk tetapi perusahaan juga harus dapat memenuhi keinginan dari pelanggan agar produk mereka dapat diterima oleh pelanggan.
3.  Platform / Jaringan, model bisnis yang aktifitas utamanya berubungan dengan jaringan dan sebagian besar perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi.

2.1.8       Key Partnership

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 38) perusahaan membentuk aliansi atau kerja sama karena berbagai alasan. Biasanya perusahaan menciptakan untuk mengoptimalkan bisnis, mengurangi terjadinya resiko, dan untuk memiliki daya saing yang tinggi dengan para kompetitornya. Kemitraan dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :
1.  Strategic alliance between non competitor.
2.  Cooperation.
3.  Joint venture to develop new business.
4.  Buyer supplier relationship to assure reliable supplies.
Terdapat tiga motivasi utama dalam membangung sebuah kemitraan yang baik yaitu :
1.       Optimization and economic of scale yaitu untuk mengoptimalkan alokasi dari sumber daya dan aktivitas bisnis.
2.       Reduction of risk and uncertainty yaitu kerjasamayang bertujuan untuk mengurani resiko dalam persaingan yang kompetitif dan memiliki ciri dari ketidakpastian.
3.       Acquisition of particular resources and activity yaitu perusahaan yang memiliki sumber dayanya sendiri dan melakukan kegitan bisnis mereka sesuai dengan model bisnisnya.


2.1.9       Cost Structure

Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal 40) struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu model bisnis. Biaya dapat diperhitungkan dengan baik jika aktifitas utama, sumber daya utama, dan kemitraan telah ditentukan. Cost structure dari bisnis model dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu 
1.  Cost Driven yaitu bisnis model yang berfokus pada penekanan biaya serendah mungkin. Pendekatan ini bertujuan untuk mempertahankan struktur biaya agar lebih ramping, menggunakan proposisi nilai dengan harga rendah.
2.  Value Driven yaitu perusahaan yang tidak terlalu mementingkan biaya yang akan muncul dalam mendesain sebuah bisnis model, dan lbih fokus terhadap penciptaan nilai.

Cost structure memiliki karakteristik sebagai berikut :
 1.       Fixed Cost yaitu merupakan biaya tetap yang tidak berubah dan tidak terpengaruh dari penjualan yang dihasilkan.
2.       Variable Cost merupakan biaya yang dapat berubah sesuai dengan barang yang dihasilakan.
3.       Economies of Scale adalah perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi karena memproduksi barang dalam jumlah yang besar dibandingkan saat perusahaan tersebut hanya dapat memproduksi brang mereka dengan kapasitas yang kecil.
4.       Economies of Scope adalah keunggulan biaya yang lebih murah saat operasi perusahaan menjadi lebih beesar dengan memperluas area industry mereka baik di dalam maupun luar negeri.


Post a Comment

0 Comments